banyaknya blog yang membahas tentang agama yang mengerucut membahas tentang hakikat tuhan akhir-akhir ini membuat ngilu hati ini. cieh….cieh…..maksud loch….
yah…diluar maksud dan tujuan sang blogger, menulis apapun adalah hak setiap orang. namun se-begitu bebaskah mengekspresikan sebuah hak untuk menulis tanpa memikirkan dampak psikologis bagi para pembacanya? *gak nyambung*
kebanyakan dari para blogger memahami konteks agama dan tuhannya hanya dengan otaknya seng sak uceng * yang kecil*. 😦 tidak dengan hatinya *iman* sehingga yang muncul hanyalah argument-argument bodoh yang hanya menggunakan logika. sehingga lahirlah filsuf-filsuf keblinger yang hanya mengandalkan penalaran saja. mereka harusnya bisa membedakan mana pengetahuan yang harus dipelajari mana yang tidak.
sangat jelas bahwa Allah sendiri melarang kita membahas tentang ruh (Ar-Ruh min amri Rabbi=ruh itu urusan Allah) apalagi membahas tentang hakikat Allah.
penalaran dapat diartikan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang berpikir, merasa, dan mengindera; dan secara totalitas pengetahuannya berasal dari ketiga sumber tersebut; selain wahyu yang merupakan sarana komunikasi mahluk dengan kapada sang pencipta.
wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia. pengetahuan yang bernama wahyu ini disalurkan melalui nabi-nabi yang diutusnya sepanjang zaman. agama merupakan sumber pengetahuan yang didalamnya berisi petunjuk bagi ummat manusia bukan saja mengenai kehidupan yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup permasalahan yang bersifat transdental, seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti. pengetahuan ini didasarkan pada kepercayaan pada ha-hal yang ghaib (supernatural). kepercayaan kepada tuhan yang merupakan sumber pengetahuan, kepercayaan kepada nabi yang sebagai utusanNYA, dan kepercayaan terhadap wahyu sebagai cara penyampaian, merupakan dasar dari penyusunan pengetahuan ini. kepercayaan merupakan titik tolak agama. suatu pernyataan harus dipercaya dulu untuk dapat diterima : pernyataan ini bisa saja selanjutnya dikaji dengan metode lain. secara rasional didalamnya bersifat konsisten atau tidak. dipihak lain, secara empiris dapat dikumpulkan fakta-fakta yang mendukung pernyataan tersebut atau tidak. dengan demikian dapat dikatakan bahwa agama dimulai dengan rasa percaya, dan lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan itu dapat meningkat atau menurun. sebaliknya, pengetahuan yang disebut ilmu dimulai dari rasa tidak percaya, dan setelah melalui proses pengkajian secara ilmiah, kita bisa diyakinkan atau tetap pada pendirian kita semula.
yang jadi persoalan adalah ketika agama *yang aku lihat* hanya dijadikan bahan diskusi yang akhirnya mengolok-olok agama orang lain atau malah agamanya sendiri. seperti blog2 yang beredar belakangan ini.
yang lebih parah lagi jika membicarakan hakikat tuhan yang menurut saya bukan wewenang kita. karena otak kita tidak mungkin menjangkaunya. kita hanya wajib mengimani tuhan dengan sifat-sifatNYA dan tanda2NYa saja.
bisa2 kita keblinger hingga mengaku dirinya tuhan kayak al halaj di timur tengah atau syaikh siti jenar di jawa. lebih2 jika dipaksakan memikirkan hakikat tuhan dengan penalaran melalui logika kita bisa2 menjadi manusia yang atheis.
ap det
diriwayatkan dari ummu salamah, tentang ayat, “tuhan yang maha pemurah. yang bersemayam diatas arsy.”(QS.thaha 20:5) ia (ummu salamah)berkata: “cara bersemayamNYA tidak bisa dicerna oleh akal, walaupun bersemayam itu sendiri tidak asing lagi baginya. mengimaninya adalah wajib, sedangkan mengingkarinya adalah kufur. (HR.muslim ibn al Hajjaj)
nabi bersabda, “umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, diantara golongan itu, golongan yang amat besar fitnahnya terhadap umatku adalah golongan yang menetapkan perkara-perkara agama dengan akal semata, dimana mereka mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.”