Wach………cihuy………akhirnya sampai jugax di Semarang… 😆
Hellow eperi badi kabar kabari….
Dah lama aku nggak bercumbu dengan komputer, maklum setelah potingan terakhirku, kemarin karena liburan Idzul Adha aku pulang kampung. Kampuang nan jauh dimato……………..
Dirumah ternyata, eh, ternyata aku panen bawang merah coy dua petak, walaupun hasilnya belum memuaskan. Otomatis aku bantu-bantu walaupun jadi
eksekutor mandor 😆 tapi eit…yang aku akan postingkan disini bukan tentang panen bawang merahku. Brader semua mesti dah bosen mbaca ceritaku yang norak ituh 😦
Tapi tenang….ini cerita tentang anak pak haji depan rumahku PAS. Namanya ****sensor*** cewek cantik, putih nan pintar itu.
Tet teret tet tet tet teret tet tet……………….judul ceritanya Calon Dokter dan Bawang Merahnya. Bukan tentang bawang merah dan bawang putih kayak disinetron ituh loch…. 😦
Karena disensor, kita sebut saja namanya Marsha, weks…bukan marsha timothy nya Antox loch….Cerita ini di mulai saat si Marsha ini telah lulus Madrasah Tsanawiyah (Mts) setingkat SMP, aku masih kelas 4 naik kelas 5 SD. Saat menunggu untuk pendaftaran jenjang SMA ternyata, eh, ternyata ortu si Marsha ini alias Pak Haji, bermaksud menyelenggarakan pertunangan antara Marsha dengan anak salah seorang Pak Haji juga dari negara desa seberang.
Weks…jangan herman, aih, heran…,biasa…dimana-mana kalo anak perempuan besar sedikit dan sudah bisa masak ya harus dikawinin. Aku nggak tahu alasan Pak Haji mempertunangkan Marsha dengan anak Pak Haji desa seberang. Kalau masalah hutang piutang kayak disinetron-sinetron itu, yang kalau nggak bisa mbayar hutang maka anaknya dikawinin, aku rasa nggak. Lha wong pak Haji ayah si Marsha ini salah seorang yang terkaya di kampungku, je. Atau malah terkaya se kecamatan. Lha wong pak haji ini juragan bawang yang sukses. Punya lapak dimana-mana. Bawangnya selain dijual hampir di semua pasar di Jakarta, juga di ekspor. Omsetnya pun ratusan juta, atau bahkan lebih. Jadi kalau alasan pertunangan itu karena hutang piutang aku rasa nggak mungkin.
Nah…malam resepsi pertunangan itu pun berlangsung. Semua sanak saudara dari kedua belah pihak pun hadir dalam acara itu. Semua orang kampung diundang. Acara pun berlangsung seperti yang diharapkan. Aman-aman saja. Namun hati Marsha siapa tahu.
Kisah yang menurutku “unik” ini pun dimulai. Setelah tiga hari pertunangan itu, seluruh keluarga Pak Haji dibikin gempar. Apa pasal? Marsha kabur!!!!!!!! sontak saja seisi kampung geger. Seluruh keluarga dikerahkan untuk mencari si Marsha. Hingga jin, genderuwo, kuntil anak, pocong, suster ngesot, tuyul hingga hantu terowongan casablanca pihak kepolisian pun dikerahkan. Namun hasilnya tetap nihil.
Tahu nggak apa yang terjadi dengan Marsha? (sekali lagi ini memang benar-benar terjadi) Marsha kabur dan mondok di salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) di Brebes. Dengan bekal uang tabungannya ia hidup di ponpes itu. Ia bukan hanya mondok, tetapi melanjutkan sekolahnya ke jenjang Madrasah Aliyah. Sungguh semangat belajar yang tinggi. Ya iyalah…perlu diketahui, anak pak haji ini selain dikenal cantik didesanya ia juga selalu juara kelas dari kelas satu SD hingga lulus MTs. Di MA dan Ponpes itu pun ia dikenal sebagai murid yang cerdas.
Bulan pun terus berganti. Kondisi tabungan Marsha kian menipis. Mau pulang takut. Namun apa daya ia pun rindu dengan keluarganya. Akhirnya, ia pun mengirim surat kerumah, dan menceritakan perihal dirinya kabur dan akhirnya mondok serta melanjutkan sekolahnya. Setelah menerima surat tersebut, Bapak dan Ibu Hajipun luluh hatinya. Marsha dijemput dari Ponpes.
Setelah berkasih-kasihan, berkangen-kangenan dan ber-ber yang lain, akhirnya Pak haji mengijinkan anaknya melanjutkan sekolahnya. Marsha pun di antarkan kembali ke Ponpes dimana ia mengaji dan melanjutkan sekolah. Pertunangan dengan anak pak Haji seberang desa pun dibatalkan demi hukum.
Tiga tahun mondok dan melanjutkan sekolahnya, Marsha akhirnya menamatkan sekolahnya. Bahkan karena kejeniusan otaknya, ia pun lolos seleksi dan keterima di Jurusan yang menurut orang paling bergengsi “kedokteran” Universitas Indonesia. Biaya yang mahal pun nggak jadi masalah buat Pak Haji demi kebahagiaan dan kesuksesan Marsha. Dan kini Marsha sudah semester tujuh. Saat liburan ini, pun ia pulang dan dengan kebiasaannya setiap ketemu denganku:
Hallow cowok…pacarnya mana…? rambutnya potong tuch.… Sapa Marsha sang Calon Dokter.