jika ramadhan tak pernah ada

Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah kau bersujud kepada-Nya
Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah kau menyebut nama-Nya

Itulah sepenggal bait lirik dari lagu Chrisye yang dikarang oleh Ahmad Dhani yang memang dikenal dengan dunia sufisme dari tareqat Naqsabandiyah. Syair yang begitu menggelitik keimanan dan kesungguhan kita dalam ibadah kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Namun bagaimana jika judul syair tersebut kita ganti menjadi “jika ramadhan tak pernah ada”.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits

Bila datang bulan Ramadhan dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan dibelenggulah para setan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap ridha Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah z)

Mengingat hadits diatas dan makna bulan puasa yang penuh berkah itu, seluruh muslim di dunia merayakannya dengan sukacita. Di negara kita sendiri, bulan ramadhan bagi kebanyakan orang muslim adalah bulan yang paling di nanti sekaligus bulan yang paling “aneh”. Di sebut “aneh” karena seperti yang kita ketahui, masjid-masjid dengan tiba-tiba penuh sesak dengan orang-orang yang akan sholat. Banyak lantunan ayat-ayat suci Al qur’an dibacakan siang dan malam. Banyak penjual pakaian muslim laris menjual dagangannya karena banyak pesanan. Dan yang paling aneh adalah ketika bulan puasa itu berakhir, semua hal diatas secara singkat lenyap.

Grafik ibadah kita mengalami peningkatan di bulan penuh maghfiroh ini. Yang dulu sholat cuma bebapa waktu, di bulan puasa menjadi lima waktu. Sholat-sholat sunah pun kita laksanakan terutama sholat tarawih. KIta pun jadi rajin sholat ke masjid dan bertadarus Al qur’an. kita pun menjadi sangat baik kepada fakir miskin dan anak-anak yatim. Semua itu dilaksanakan dan terjadi pada bulan ramadhan. hanya untuk satu hal yang sangat di dambakan, pahala. yang pahala itu diharapkan menghantarkan kita pada syurgaNya.

Namun, apakah pernah kita berfikir kalau apa yang kita lakukan hanya di moment ramadhan ini merupakan perlakuan tidak adil kepada Allah? kita rajin ibadah dan selalu menyebut namaNya hanya pada moment ini saja untuk mengharap pahala sedangkan di bulan-bulan lain belum tentu kita melakukannya, apakah ini bukan merupakan tindakan tidak adil kepadaNya? kita seakan “baik” kepadaNya kalau ada maunya saja. Ya, mungkin tuhan tidak akan marah. Bisa saja Tuhan hanya tersenyum kecut di atas sana melihat tingkah laku kita yang tidak adil kepadaNya.

Masihkah kita akan beribadah dengan sungguh-sungguh?
masihkah kita akan meramaikan masjid?
masihkah kita akan melantunkan ayat-ayatNya?
masihkah kita akan menyantuni anak yatim?
jika ramadhan takkan pernah ada

Konon sang ustad pernah berkata “kalau ingin tahu apakah puasa kita di terima atau tidak, lihatlah apakah ibadah kita masih tetap giat dan khusuk, syukur mengalami peningkatan, setelah bulan puasa berakhir ataukah sebaliknya, ibadah kita mengalami penurunan setelah berakhirnya bulan puasa” semoga saja ibadah kita mengalami peningkatan setelah ramadhan berakhir sehingga puasa kita bisa diterima. 🙂